Kamis, 07 Juli 2011

Ketakutanku, bisakah kau jelaskan ?

Untuk seseorang yang (rasaku) tak pernah melihatku,,,

Tadi sore itu indah sekali. Langit senja yang jingga, lagi-lagi kita ke bukit teh. Jujur aku sangat terkejut saat kau tiba-tiba menelponku lalu menjemputku. Tadi itu kau sangat tampan. Aku tergelak renyah saat melihat tampang manyunmu karena tadi ku deskripsikan penampilanmu dengan kata ‘lucu’. Hampir saja kau marah denganku kalau saja tadi aku tak cepat-cepat mengganti kosa kata yang ku pilih. Maka kemudian ku katakan bahwa penampilanmu tadi sangat ‘menawan’.

Kita jalan beriringan menyusuri jalan setapak menuju bukit teh. Malu-malu aku ingin menyelipkan genggamanku di genggamanku, tapi aku takut. Aku takut kau marah padaku. Maka aku memilih diam saja. Berusaha menutupi rasa panikku ketika tiba-tiba saja detak jantungku berpacu tidak seperti biasanya. Detak jantung ku berpacu sangat kencang, seperti F1 yang tertinggal jauh dan ia kelimpungan mencari garis finish. Awal-awalnya aku mengira asma ku kambuh, maka ku coba untuk menggunakan alat hisapku agar nafasku kembali normal. Tapi bukan itu masalahnya, masalahnya adalah kau. Ternyata aku tengah resah menatapi punggungmu. Punggungmu itu memanggil-manggil diriku untuk segera berlari dan memeluknya. Aku semakin resah, gerak kaki ku melambat. Membuatmu terheran dan berbalik lalu menatap bingung kepadaku. Aku menggeleng, menandakan bahwa aku baik-baik saja.

Senja pun mulai menghilang. Tenggelam bersama rasa resahku. Bingung rasanya setelah ini ingin apa. Aku tak mengerti, kenapa rasa resahku ini sangat menyulitkanku. Kau tau, saat kau telat menjemputku, saat kau tak datang ke tempat yang kita janjikan, saat kau hanya tersenyum tipis padaku, saat kau terkadang enggan menyapaku, dadaku langsung sakit. Lagi-lagi aku mengira asma ku kambuh. Tapi ternyata bukan itu masalahnya, masalahnya adalah kau. Adalah namamu dalam ingatku, adalah rupamu dalam bayangmu, adalah rasamu dalam keingintahuanku. Dadaku semakin sesak. Aku kian resah. Lamban laut rasa itu berubah menjadi ketakutan. Akhir-akhir ini ku sadari bahwa aku takut kehilangan dirimu yang bukan milikku.

Menurutmu aku harus apa ?

Jawablah, kita bertemu lagi di bukit teh. Sambil menatap jingga di ujung senja.

Yang ketakutan karenamu,,,
AKIRA,,,

1 komentar: