"Apa yang harus diperbuat ketika sesuatu itu harus kau bunuh ? Sesuatu yang sebagian orang menyebutnya CINTA. Berlari mendekat atau,,,melupakannya ? Jangan tanya aku !"
Hari ini pun kembali di mulai. Hari yang sangat melelahkan bagi beberapa orang. Tapi bisa saja menjadi hari yang melelahkan untuk semua orang. Auf’s House tidak pernah sepi. Bahkan sangat ramai. Aufklarung’s House. Atau lebih disingkat Auf’s House. Warga Amerika menyebutnya Ash. Ash dibangun beberapa tahun yang lalu. Ash adalah tempat dimana para ilmuan berkumpul dan mememukan penemuan-penemuan baru yang sangat mengagumkan. Aufklarung sendiri diambil dari bahasa Jerman yang berarti Pencerahan. Ash diharapkan akan memberikan pencerahan bagi Amerika yang sekarang sedang diambang sulit.
Para Asher –pekerja Ash- adalah orang-orang terpilih yang dipilih secara selektif dan dengan sterilisasi yang tinggi. Garis keturunan Asher harus bebas dari hama apapun. Asher harus dipastikan bebas dari dunia luar. Kaum penentang Ash menyebut Asher di isolasi secara terhormat. Tidak bisa di salahkan. Setelah seseorang dinobatkan sebagai Asher, maka dia putus hubungan dengan dunia luar.
Belakangan di ketahui bahwa Ash tak sesuci yang di banggakan kebanyakan orang. Seorang hacker terkenal di Amerika, Cakka Davella, berhasil membobol rahasia terdalam Ash. Cakka pun berniat akan meruntuhkan Ash. Tapi sepertinya Cakka tertabrak sebuah perihal pelik berhubung dengan misinya. Cakka bingung. Mundur atau,,,
@@@
“Wake Up, Boy !!!”
Suara bariton Gabriel Maxi menggema sepenjuru kamar Cakka. Cakka menggerutu kesal. Ia lempar bantal kumalnya ke muka Gab. Gab terkikik-kikik. Ia kembali menguncang-guncangkan tubuh temannya itu.
“Argghh,,, Stop It !!!” Cakka mendengus. “Ada apa ? Jangan bilang hari ini ibumu tak membuat sarapan lagi. Dan kau menyuruhku membuatkanmu sebuah roti isi.” Cakka kembali menutup matanya. “Pergilah, Gab. Aku masih ingin tidur.”
“Aku sudah tau siapa dia.” Gab berujar setelah berhasil menemukan apel hampir busuk di lemari es Cakka. “Dia wanita.”
“Kau bilang apa ?”
Gab duduk di hadapan Cakka. “Dasar tuli. Aku bilang dia wanita. Programmer Ash seorang wanita.” Senyum sinis langsung menghiasi bibir Cakka. “Sudah ku katakan bukan ? Ash akan hancur di tangan kita.”
Cakka tersenyum lega. Ternyata yang ia takutkan selama ini tak terjadi. Ia sudah memprediksi bahwa lawannya itu pasti sehebat Cario Venenzz atau paling tidak seperti Alvin Gia Hoon. Dua hacker ternama itu yang menjadi perkiraan Cakka. Tapi kata Gab lawannya itu seorang wanita. Rio jelas-jelas seorang pria berkebangsaan Meksico. Dan Alvin, walaupun Alvin berpotongan rambut gondrong dan kulitnya putih bersih, data terakhir yang Cakka masih sangat ingat adalah ia seorang pria Korea yang bahkan masih duduk di kelas 2 SMA. Senyum kemenangan kembali terukir di bibir Cakka.
“Kau bahagia ?”
“Aku bahkan tak pernah sebahagia sekarang.”
Gab membuang sisa apelnya –yang ternyata benar-benar busuk- ke tong sampai di samping tempat tidur Cakka. Ia mulai serius. “Kapan kita mulai ?”
“Secepatnya, Gab. Aku sudah tidak sabar ingin mematahkan satu-satunya tulang Ash.” Cakka melanjutkan. “Dan ternyata di pegang oleh seorang wanita.”
“Tapi saranku, hati-hati. Mungkin saja dia lebih hebat dari si sipit Alvin Gia Hoon.”
“Tenanglah, Gab. Kau meragukanku ?”
“Ya setidaknya aku berharap kau tidak jatuh cinta padanya.”
Cakka tergelak. “Hei,,,hei,,, aku tidak tertarik pada seorang Asher.”
“Ya,,,ya,,,ya,,, tapi dari datanya ia cantik.” Gab mengerling nakal. “Berhati-hatilah, Cakka.”
“Awas kau ya,,, Hei, Gab ! Jangan lari !”
@@@
Cakka dan Gab sudah hampir sejam duduk di hadapan layar komputer 48 inchi. Gab tengah mengacak-acak data simpanan mereka. Ia mencari Asher yang hari ini bertugas menjaga pintu masuk ruang komputer. Dapat. Asher yang bertugas adalah Zack Lim. Pria cina namun berkewarganegaraan Rusia. Gab meng-klik foto Zack. Semua data detail Zack langsung terhampar keluar. Sejurus senyum menghiasi bibir Gab dan Cakka. Mereka saling pandang sambil tersenyum meremehkan.
“Aku bingung kenapa Ash mempekerjakan orang idiot seperti ini.” Ujar Gab.
“Nanti kita tanyakan, Gab.”
Cakka melirik ponselnya yang mendadak berdering ribut. Hampir saja ponsel itu menjadi puing kalau saja yang menelpon bukan seseorang yang mampu meluluhlantakan hati Cakka.
“Hallo, Darl. What happen ?” Gab tersenyum malas mendengar suara sok mesra Cakka. Ia mengibas-ngibaskan tangannya. Menyuruh Cakka pergi agak jauh. Gab sedang malas mendengar ocehan manis Cakka yang menurutnya terlalu di buat-buat. “Darl, Gab mengusirku. Hahaha,,, kau benar honey, Gab cemburu.”
Gab mendengus sebal. Ingin sekali ia merontokkan gigi temannya itu. Gab kembali fokus ke layar 48 inchi di hadapannya. Gab membuka data tentang programmer Ash. Ia tidak puas, karena foto sang programmer itu tidak bisa dibuka. Sudah berbagai kata sandi digunakan, namum fotonya tetap tak bisa dibuka. Bahkan Gab sampai memasukkan nomor bra wanita itu, dan hasilnya tetap nihil. Gab melirik Cakka yang sudah kembali ke tempat semula ; duduk manis sambil menyeringai aneh.
“Jangan membuatku takut.”
Cakka menoleh. Ia tatap Gab dengan mata berbinar. “Akhirnya, setelah seminggu aku dan dia kembali berkencan.” Gab hanya mengangkat sebelah alisnya. “C’mon, Gab. Ikut senang sedikit.”
“Satu-satunya hal yang membuatku senang adalah ketika kau mentraktirku.”
“Nanti ku traktir. Setelah kencanku berhasil.”
Tuukkk,,, pulpen kristal melayang dan tepat mengenai hidung mancung Cakka. Cakka meringis bercampur kesal, sedangkan Gab tertawa puas sampai sakit perut. Tak harus membuang-buang waktu dengan tertawaan, Gab dan Cakka pun kembali larut dengan aktivitas masing-masing. Gab masih berusaha membuka foto lawan mereka. Cakka sendiri kembali fokus memasukkan virus ke earphone Zack Lim. Jika earphone Zack terkontaminasi dengan virus, maka otomatis Zack akan susah berkomunikasi dengan Asher lainnya. Dan itu memudahkan Cakka untuk melumpuhkan Zack. Cakka tersenyum puas setelah sebuah virus yang baru saja ia rakit berhasil masuk ke jaringan earphone Zack. Virus itu akan bekerja seminggu kemudian. Saat Zack kembali bertugas menjaga pintu masuk ruang komputer Ash. Dan saat itu secara perlahan gendang telinga Zack akan terkena radiasi. Dan puffhhh,,,, Cakka menerobos masuk untuk mengambil databes Ash. Keesokkannya, Ash resmi di tutup oleh presiden.
“Sial !” Gab menendang meja. Membuat Cakka menoleh dan menatap bingung ke Gab yang sudah mengacak-acak rambutnya sampai tak berbentuk.
“Ada apa ?”
“Ini.” Gab menunjuk sebuah kotak di layar komputer yang bertulis ‘insert pass’. Gab mengerang. “Dia pakai sandi apa sebenarnya ? Semua kemungkinan sudah ku coba. Dan tetap tak bisa terbuka.”
Cakka memperhatikan layar di hadapannya. Ia baca lagi beberapa data detail. Sesekali ia mengerutkan kening. Entahlah, tapi Cakka merasa semua data ini pernah ia baca. Tapi dimana ? Bukankah Cakka baru membacanya sekali –saat data ditemukan- dan ini kali kedua. Harusnya Cakka tak seakrab itu dengan data ini. Ah, Cakka terlalu banyak menerka. Cakka menyorot logo ‘name speak’ : FIRE. Fire ? Jadi lawannya ini menjuluki diri sebagai Fire ? Cakka menatap Gab.
“Ku rasa dia bukan wanita sembarangan.” Ujar Cakka setengah tak rela. “Kau benar, Gab. Kita harus berhati-hati.”
@@@
Malam mulai memanggil. Sungguh sangat mendukung dengan gairah Cakka yang telah menggebu-gebu. Cakka yang biasanya sangat malas membersihkan kamar –lebih pantas disebut gudang- kini malah dengan penuh semangat menyapu seluruh ruangan sampai ke sudut-sudut tak terlihat. Cakka mengganti bad cover beserta sarung bantal. Cakka seperti pembantu yang takut di pecat. Tidak sampai satu jam kamar Cakka telah selesai di make over. Kalau Gab melihatnya di pastikan Gab akan langsung membawa Cakka ke rumah sakit jiwa. Gab akan menyangka Cakka mengalami benturan hebat dan sarafnya terganggu. Cakka mendesah puas melihat kamarnya yang sejam lalu masih terlihat seperti pembuangan sampah, kini gemerlapan seperti kamar putri raja. Cakka tersenyum lebar. Tinggal memasak. Hah ? Memasak ? Gab benar-benar akan membawa Cakka ke rumah sakit jiwa.
Pukul 8 malam semua selesai. Cakka pun terlihat sangat tampan dengan kemeja kasual dan jins. Rambut Cakka mencuat-cuat seperti landak. Efek jell. Cakka kali ini memakai kacamata. Ini akibat tadi ia terlalu banyak mengiris bawang. Matanya perih. Cakka menatap pintu masuk kamarnya gelisah. Berharap sang kekasih masuk dengan balutan dress seksi. Cakka menelan ludah. Ia buang dulu pikiran-pikiran nakal yang mulai mendominasi. Santai Cakka. Santai.
Greekk,,, pintu kamar terbuka. Seperti melihat presiden Amerika, Cakka bangkit dan berhamburan memeluk sosok yang tadi membuka pintu.
“Oh, Dear. Akhirnya kau datang juga.” Cakka memeluk Agni Firelice, kekasihnya, penuh kehangatan. Ia bimbing Agni menyeberangi kamar untuk duduk di balkon. Di meja makan yang sudah disiapkan Cakka.
Pemandangan yang aneh bagi Agni. Kamar Cakka yang biasanya menjadi kubangan sampah sekarang amat sangat rapi. Agni menghentikan langkahnya, ia berdecak kagum melihat bed cover yang sekarang berwarna merah pucat. Seingatnya bad cover biru –bad cover sebelumnya- adalah bed cover kesayangan Cakka. Ia pernah bertengkar hebat dengan Cakka gara-gara Cakka enggan mengganti si biru yang baunya sudah tak karuan itu. Tapi sepertinya Cakka benar-benar telah terbentur, si biru tampak teronggok di tempat cucian. Agni tersenyum senang pada kekasihnya. Semoga malam ini akan menjadi malam yang tak terlupakan. Agni melanjutkan langkahnya.
“Akhirnya kau menuruti kata-kata ku.”
Cakka ikut menjulurkan kepalanya untuk melihat apa yang Agni lihat. Ia tersenyum senang, dan mengangguk. “Ya setelah aku pikir, sepertinya kamarku memang seperti tempat pembuangan sampah.”
“Good. Ku rasa Gab akan tidur pulas di bed cover baru itu.”
“Hei, ini bukan untuk Gab. Ini untuk mu.” Jawab Cakka tidak terima. Enak saja Gab harus tidur di bed cover barunya.
Agni tergelak pelan melihat tampang cemberut kekasihnya. Ia tarik Cakka agar masuk ke kamar. Udara mulai dingin. “Jangan tekuk wajahmu. Kau malah terlihat seperti fido dido dengan rambut landak dan kacamata besarmu.” Agni melepas kacamata Cakka. Ia letakkan di pinggir jendela. “Kau terlihat begitu tampan malam ini, Dear. I love you. More and more.”
Cakka mengecup mesra kening Agni. “Kau juga terlihat sungguh memukau. Pasti air liur Gab akan mengalir bila melihat pakaian seksimu ini.” Cakka mengerlingkan mata coklatnya. “I love you too. More and more.” Cakka merengkuh tubuh mungil Agni dalam pelukannya. Malam ini pasti akan menjadi malam yang indah.
@@@
Gab hampir saja melemparkan botol saus kacang ke wajah tanpa dosa Cakka. bayangkan, Gab menunggu Cakka dari jam 9 pagi dan Cakka baru muncul pukul 2 siang. 5 jam Gab habiskan dengan mengoceh tak jelas beserta umpatan-umpatan sadis. Untuk siapa lagi kalau bukan untuk Cakka. Dan Cakka hanya menyeringai melihat raut Gab yang sudah seperti mentimun busuk.
“Apa kabarmu hari ini, Gab ?”
“Akan sangat baik seandainya aku bisa mematahkan hidungmu.” Jawab Gab geram.
Cakka tergelak. Sepertinya Cakka selalu tergelak mendengar ocehan Gab. Mata Gab semakin melotot melihat temannya ini tertawa. Dasar keturunan keledai. “Patahkanlah, Gab. Kau memang selalu iri dengan ketampananku.”
“Berhenti tertawa, Tuan Davella. Aku sedang malas menemanimu bermain sirkus.” Gab kembali berujar sinis, tapi kali ini terselip nada bosan. Kemudian keduanya kembali larut menatap layar 48 inchi di hadapan mereka. Operasi kembali dimulai.
Kali ini Cakka mencoba mencari pintu teraman untuk menyusup ke Ash. Virus earphone itu mulai bekerja, waktu mereka hanya tertinggal 4 hari lagi untuk memulai perang yang sesungguhnya. Cakka terus mencoba menerobos data-data terbaru Ash. Ia tidak ingin data-data itu berhasil mengelabuinya. Ia lirik Gab yang agak terkantuk-kantuk, Gab kemudian beranjak. Untuk membuat kopi barangkali.
Mata Cakka lebih membesar dari biasanya melihat berjuta data Ash yang telah diperbaharui dua hari lalu. Semua Asher diberikan perangkat lunak baru untuk data mereka. Cakka tersenyum sinis. Ash bodoh. Jangan katakan Cakka hacker dunia kalau dia tak bisa menghancurkan semua data Ash. Cakka menekan enter. Data-data baru itu langsung berpindah tempat ke komputer Cakka. Sangat mudah. Cakka jadi penasaran, sebenarnya bagaimana rupa si programmer Ash ini. Mengapa dalam dua hari dia bisa memperbarui semua data Ash yang terbilang dalam hitungan jutaan ? Ah,,, Cakka menggeleng. Untuk apa di fikirkan. Sebentar lagi orang itu akan mati di tangannya. Selepas mengambil intel komputer si programmer, atau Cakka lebih sering menyebutnya soul, maka programmer itu akan ia bunuh. Hacker begitu tidak berguna.
Jaman sekarang banyak yang salah menggunakan jabatan hacker. Hacker memang berarti perusak. Tapi perusak sesuatu yang memang harus di rusak. Bukan merusak sesuatu yang harus dilindungi. Cakka mendengus. Gara-gara salah guna tersebut, hacker di cap sebagai biang masalah. Harusnya di sebut malaikat, tapi malah menjadi iblis bagi jaringan. Citra hacker sekarang benar-benar payah. Kacau. Cakka bertekad. Hacker yang dipekerjakan Ash harus di lenyapkan. Bukankah ia sudah membuat Amerika semakin nelangsa ? Lalu kenapa hacker itu harus diampuni ? Huh,,, biarpun dia wanita, sekali salah tetap saja salah. Well, tunggulah kematianmu, buddy. Cakka mendesah.
“Dapat. Pintu 10 garis 6.”
Gab menoleh. “Kau bilang apa ?”
Cakka meng-klik denah pintu 10 garis 6. Denah itu membesar dan terlihat seperti lorong-lorong kecil. “Ini. Pintu 10 garis 6. Ini pintu terdekat menuju ruang komputer.” Cakka mengarahkan kursor ke lorong lanjutan dari lorong awal tadi. Sehingga membentuk huruf L. “Aku akan masuk dari sini. Lalu menyusuri lorong garis 7.” Ia gerakkan lagi kursor ke lorong lain. Lorong-lorong itu membentuk huruf U. Cakka menghentikan kursornya di pintu 11. “Pintu ini menuju ruang komputer. Di dalam hanya satu penjaga.”
“Zack Lim.”
“Ya.” Cakka memperbesar denah pintu 11. Ada pintu lagi disana. “Ini ruang komputer. Saat aku sampai disana, virus itu sudah masuk ke saraf si idiot Zack. Langsung merusak saraf pendengaran dan otak kecil. Radiasinya akan membuat ia sulit berbicara. Lalu menyerang tulang belakang.” Ujar Cakka. Ia tatap Gab. “Ia akan seperti penderita ataksia. Sulit menyeimbangkan tubuh dan kurangnya gerak refleks.”
“Harusnya aku memberimu penghargaan, Cakka.”
“Ini belum selesai Gab.” Ia buka data lainnya. “Saat aku mengganti soul Ash, kirim semua data ini ke soul itu. Agar tidak terlalu mencurigakan. Ini hanya data-data kosong yang tidak aku hapus name file-nya. Dan yang paling penting,,,” Cakka diam sebentar, “Cari terus sandinya. Aku harap kau bisa mengirim foto itu ke kacamataku sebelum aku selesai mencuri soul.”
Gab mengangguk paham. “Serahkan padaku.” Jemari Gab mulai menari-nari lagi. Ia meng-zoom sebuah pendeteksi waktu. “Ingat, Cakka. Waktumu hanya satu jam. Ambil soul, bunuh si programmer itu. Dan keluar. Jangan terlalu berlama-lama. Dalam waktu satu jam itu aku akan merusak seluruh sistem pengaman. Semua pintu Ash akan tertutup dalam jangka waktu satu jam. Jangan sampai kau terjebak disana. Dan mati konyol karena pukulan liar para isolator Ash.”
“Aku mengerti.” Jawab Cakka. “Aku bahkan menyangka ini akan lebih cepat.”
“Jangan sombong.”
“Ayolah, Gab. Aku lebih cepat 10 detik waktu itu.”
“Waktu kau lomba memakan salad dengan ibuku, Cakka.” Ujar Gab malas. Tidak bisakah pria ini serius sebentar ? Gab menatap lurus ke bola mata Cakka. “Kali ini kau berhadapan dengan Ash, bukan wanita tua seperti ibuku.”
“Ya, ya, ya,,, jangan buat aku seperti ingin pergi mencabut gigi. Kau membuatku grogi.”
Gab mengalah. Semoga Cakka bisa menyelesaikan misi mereka dengan mulus. Ash tidak boleh lebih lama lagi berdiri.
@@@
“Kau siap, teman ?” Tanya Gab agak berteriak dari balik meja komputer. Cakka mengacungkan jempolnya. “Ingat. Satu jam. Lebih cepat, atau kau akan sangat merindukanku.”
“Aku pergi.”
“Hati-hati.”
Pintu markas tertutup. Gab bisa mendengar deru mobil Cakka mulai menghilang. Cepat ia mengutak-atik data. Semua data penting ia simpan pada satu file. Jaga-jaga bila Cakka tertangkap. Data palsu yang akan di kirim ke soul nanti sudah siap luncur. Sekarang perhatian Gab kembali ke data yang ia beri nama ‘who’. Satu-satunya data yang masih terkunci. Foto si programmer. Gab mendesah geram. Dia harus cepat. Cepat berfikir dan cepat menerka. Setengah jam lagi data itu harus di kirim ke kacamata Cakka. Atau dia ingin Cakka hanya tinggal nama bila data itu tetap terkunci. C’mon, Gab. Buktikan bahwa kau hacker sejati.
@@@
Cakka menghela nafasnya terlebih dahulu sebelum menekan tombol hijau pada pintu 10. Terbuka. Tak ingin membuang-buang waktu Cakka segera masuk. Menyusuri garis 6, lorong sepanjang 50 meter. Berbelok ke kanan, garis 7. Dan kembali berbelok ke kanan, garis 8. Tepat dugaannya, garis-garis ini garis teraman di Ash, karena tak ada penjaga sama sekali. Tapi di ganti dengan sinar X sebatas pinggang yang langsung menebas siapapun. Dan itulah penyebab kenapa sedari tadi Cakka berjalan dengan gaya menunduk. Jongkok lebih tepatnya.
Pintu 11. Cakka menghela nafas lagi. Tombol hijau kembali di tekan, pintu terbuka. Kali ini si idiot Zack Lim menyambut Cakka. Ada senapa laser mematikan yang ia acungkan ke hidung Cakka. Cakka menghitung dalam hati. Brukk,,, dalam hitungan ketiga si idiot Zack Lim ambruk. Wajahnya agak membiru. Cakka tersenyum miring. Dasar bocah idiot, pikirnya.
Helaan nafas Cakka kali ini lebih panjang dan berat. Dia akan berhadapan dengan lawan yang sebenarnya. Ia mantapkan langkah. Cakka menekan sesuatu pada jam elektriknya. Pintu dengan aksen besi kuno di hadapannya langsung terbuka. Kesan pertama, Cakka tercengang.
Aroma green tea. Alunan piano. Sinaran lampu seperti senja. Gurat-gurat jingga di sepanjang atap. Kenapa ruangan ini terlihat begitu berkarakter ? Cakka merasa agak pusing. Ruang komputer miliknya dan Gab saja sangat-sangat jauh dari kata layak. Tapi ini, terlihat seperti ruang putri raja. Bukan seperti ruang komputer. Dalam benak Cakka saat lalu berfikir bahwa ruang komputer musuhnya hanya sebuah ruang komputer yang membosankan. Bukan ruang penuh irama piano yang melelapkan begini.
Shit. Cakka hampir lupa tujuannya. Ia melihat sekeliling, tak ada siapapun. Tumben sekali programmer meninggalkan komputernya ? Ah, lupakan. Cakka mengeluarkan soul bawaannya. Beruntung, komputer dalam posisi ON. Cakka cepat beraksi. Ia ambil soul asli dan menukarnya dengan soul bawaannya. Cakka harus bertahan 15 menit untuk membuka pass komputer di programmer. Soulnya pun tersimpan di tempat yang tidak biasa. Tapi jangan sebut Cakka hacker bila ini saja mampu menyita waktunya. Dapat. Soul asli berhasil Cakka dapatkan. Data Ash semua kini masuk ke kantong usang celana jins Cakka. Saatnya memanipulasi musuh.
Cakka mengaktifkan earphone-nya. Tersambung pada Gab. “Gab, bagaimana ?”
“Sudah selesai ? Perhitunganku kau masih di garis 8.”
Merasa diremehkan, Cakka terpekik kesal. “Kau kira aku dungu seperti mu ? Cepat kirim fotonya.”
“Ck, belum terbuka.”
“Apa ?” Cakka berteriak frustasi. “Ucapkan terimakasih karena telah ku berikan kau gelar dungu. Lalu bagaimana ini ? C’mon, Gab. Kau membuat perutku mulas.”
“Aku kirim data ke soul saja dulu. Bagaimana ?” Usul Gab. Warna muka Cakka berubah ke semula. Lega.
“Ok.”
Menunggu Gab mengabarinya lagi, Cakka kembali memperhatikan sekeliling ruangan. Pandangannya jatuh pada meja sudut. Bukan karena meja sudutnya, tapi karena apa yang ada di atas meja sudut itu. Sebuah bingkai. Bingkai berisikan bunga krisan kering. Berbentuk satu kata, –Cakka terkesiap- namanya ? Hah, namanya ? Cakka berharap ia sedang sakit mata. Tapi setelah diteliti lagi, bingkai itu memang berisi ukiran krisan kering berbentuk ukiran ‘CAKKA’.
“Siapa kau ?”
Bentakan seseorang membuat aliran darah Cakka seakan berhenti. Jantung Cakka berlompatan minta keluar. Cakka hafal suara itu. Sangat hafal. Cakka berbalik. Mukanya langsung berubah warna. Apa-apaan ini ? Hei, Cakka merasa isi perutnya berputar-putar liar.
“Sudah aku kirim.” Ujar Gab di seberang. “Tapi fotonya tetap belum terbuka.”
“Gab, masukkan namaku beserta tanggal lahirku pada kotak sandinya.” Suara Cakka terdengar serak dan sangat berat.
“Maksudmu ?”
“Masukkan saja.”
“Baiklah. Kau ini ada-ada saja. Aku ingin tau kenapa kau berfikir bahwa nama dan tanggal lahirmu berguna.” Gab mengoceh. Ia berdecak kecewa setengah kesal. “Sudah ku katakan, ini tidak berguna.”
“Masukkan ‘Love you, more and more’ di akhirnya.” Perintah Cakka lagi, yang membuat Gab di seberang semakin ingin menelan Cakka.
“Terbuka.” Pekik Gab, senang. “Aku kirim sekarang. Wah, dia cantik sekali. Andai kau tak harus membunuhnya.” Gab mendesah sok sedih.
Tidak dengan Cakka. Mendengar kata ‘membunuh’, mampu memutar ulang semua tujuan awal Cakka. Menerobos data, mencari tau programmer, menyusup ke Ash, mencuri soul, dan –nafas Cakka tersangkut di paru-paru- membunuh si programmer. Programmer cantik yang suka aroma green tea, suka alunan piano, suka senja karena warna jingga itu unik, suka bunga krisan. Foto itu masuk ke kacamata Cakka. Foto yang sama persis dengan sosok di hadapannya. Di ujung kanan bawah foto ada tulisan yang membuat Cakka benar-benar yakin bahwa ia tidak bermimpi. Tulisan yang sangat ia hafal. Agni Firelice.
“Katakan kalau aku hanya bermimpi. Atau katakan kau hanya ilusiku saja.” Cakka berujar terburu melihat wanita cantik yang tengah berdiri dingin di hadapannya. “Kenapa tak pernah kau katakan kalau kau adalah Asher ?”
“Jadi kau hacker yang membobol data ku ?” Tanya Agni. “Kau juga tak pernah mengatakan padaku kalau kau hacker, Cakka.”
Cakka memegangi kepalanya. “Setidaknnya aku bukan hacker busuk sepertimu.”
“Jaga bicaramu. Aku bekerja untuk kemakmuran warga Amerika.”
Tawa kecil terdengar dari bibir Cakka. “Ash membuat semua serba mesin. Kalian tidak sadar itu hanya kan membuat Amerika mengeluarkan banyak uang untuk semua penemuan itu. Dan bahkan karena penemuan itu membuat limbah semakin melimpah. Lihat saja laut yang sudah berubah kekuningan. Dan besi-besi rongsokan itu bertimbun di Amerika Selatan. Kau masih mengatakahan itu untuk kemakmuran ?” Cakka berteriak. Dia bahkan lupa bahwa waktunya tinggal 15 menit lagi. Ia mendekati Agni.
“Aku tau.” Agni menunduk.
“Tunggu dulu, bagaimana caranya kau keluar dari sini ? Bukankah Asher itu terisolasi ?”
“Itu tidak berlaku bagi programmer. Mereka mengatakan begitu.” Jawab Agni, pelan. Ia angkat wajahnya. “Jadi sekarang apa ?”
Cakka bingung. Benar, lalu sekarang apa ? Oh, dia harus membunuh si programmer. Begitu seharusnya. Tunggu dulu, membunuh ? Tapi ini, ini Agni. Dia harus membunuh Agni ? Yang benar saja.
“Kau harus membunuhku ?” Tebak Agni. Seakan bisa membaca pikiran Cakka. “Aku siap. Sepertinya.”
Cakka diam. Perutnya semakin mulas.
“Cakka, keluar sekarang.” Suara Gab di seberang terdengar memburu.
“Apa ?”
“Keluar sekarang.”
Keluar ? Cakka melihat jam elektriknya. Shit, lima menit lagi. Dia harus keluar. Tapi,,, Cakka menatap Agni. Agni memang sangat cantik. Tak salah bila ia sangat mencintai wanita ini. Ia menarik tangan Agni. Tapi Agni menepisnya.
“Ayo ikut aku.” Desak Cakka tak sabar. “Gab akan menutup semua pintu lima menit lagi.”
Agni menggelengkan kepalanya. “Pengkhianat Amerika sepertiku tak pantas di pertahankan oleh seorang putra presiden.”
“Kau,,,”
“Cakka Davella. Putra presiden yang kabur dari rumah.” Agni tersenyum. Ia menjauh dari Cakka. “Cakka Davella Adams.”
Agni semakin menjauh. Cakka ingin memaksanya untuk ikut, tapi lagi-lagi dari seberang Gab berteriak. Kali ini lebih kencang.
“Cakka, apa yang kau lakukan ? Semua sinar X sudah ku matikan. Cepatlah keledai.”
Baiklah. Cakka menatap Agni, sekali lagi. Dengan gerak cepat ia memeluk Agni, dan mencium bibir mungil Agni. “Don’t cry, honey. I love you, more and more.”
Cakka berlari keluar secepat mungkin. Garis 8, garis 7, dan garis 6 ia lewati hanya dalam satu menit. Seiring dengan ia keluar dari pintu sepuluh, seiring itu ia mendengar ledakan besar dari dalam ruang komputer. Sangat besar. Ia memutar lagi tubuhnya untuk memasuki pintu 10, tapi pintu sudah tertutup. Cakka menekan-nekan dengan tidak sabar jam elektriknya. Bukan pintu yang terbuka. Malah suara bariton Gab yang terdengar bersorak gembira.
“Sudah meledak ?”
“Apa maksudmu ?”
“Ck, ruangan itu.”
Cakka terbelalak. “Kau yang meledakkannya ?”
“Ternyata kau bukan keledai, teman.”
“Gab,,,” Cakka tak sanggup berkata apapun lagi. Sendinya lemas. Perlahan ia terduduk lemas di samping pintu 10. Gab bodoh, bukankah peledakkan itu tidak ada dalam list ? Lalu kenapa Gab menjalankannya ? Mengingat Gab paling handal dalam membuat virus komputer yang bisa meledak, hati Cakka seperti di sirami air raksa, langsung hangus dan mati. Gab bodoh. Bodoh. Bodoh.
Di ujung langit, gurat jingga mulai terbentuk. Berkali-kali suara bariton Gab berteriak-teriak. Tapi Cakka tak menyahut. Ah, kenapa harus senja datang di saat-saat begini. Dan jingga itu ? Pergilah, kalian ingin menertawaiku ? Cakka benar-benar frustasi, sampai-sampai ia bisa merasakan sebuah tangan melingkar di pinggangnya. Menyusul kemudian bisikan halus.
“Don’t cry honey. I love you, more and more.”
@@@
Hari ini pun kembali di mulai. Hari yang sangat melelahkan bagi beberapa orang. Tapi bisa saja menjadi hari yang melelahkan untuk semua orang. Jalanan Amerika tidak pernah sepi. Bahkan sangat ramai. Genap setahun lalu Ash di tutup dan sekarang di jadikan sebuah yayasan amal. Dimana semua warga Amerika yang tidak mempunyai biaya besar untuk menyekolahkan anak mereka, maka yayasan itulah tempatnya. Dengan jaminan pendidikan yang menjanjikan. Sekarang nama Ash di ganti menjadi ‘Love Life’. Warga Amerika menyebutnya L2.
Tapi masih ada kisah yang lebih menggelikan dari salad yang disiram apple martini sebenarnya. Ada di ujung Amerika Utara. Di sebuat flat sederhana.
“Kau anak presiden ? Selama ini aku berteman dengan anak presiden ? Pasti ibuku akan bangga sekali.”
“Gab, jangan buat aku menyesal telah mengenalmu.” Cakka menghempaskan tubuhnya di balkon. “Gara-gara ledakan konyolmu itu, aku hampir masuk rumah sakit jiwa.”
“Hahaha,,, lupakanlah itu, kawan. Aku bahkan sudah tak ingat lagi tentang ledakan itu.” Gab tergelak. Pandangannya jatuh pada sosok wanita yang sedang membuat teh di mini bar. Ia menyikut perut Cakka. “Ternyata Agni itu cantik sekali. Kalau kau sudah tak mencintainya lagi, kabari aku.”
Cakka melotot. Ia kunci leher Gab dengan lengan kanannya. Persetan dengan jeritan Gab yang sepertinya sangat kesakitan. “Katakan ada ibumu bahwa dia harus menyiapkan doa khusus untuk pemakamanmu nanti.”
“Hei keledai, lepaskan aku. Aku tak menyangka ada keturunan presiden sepertimu, kau lebih cocok menjadi anak ibuku. Lepaskan akuuuu,,,,”
Agni terkikik-kikik kecil melihat dua sahabat itu bertengkar. Seperti anak-anak. Soal ledakan itu, ternyata hanya tipuan Gab. Si bodoh Gab menyangka Cakka tidak keluar dari ruang komputer, sebagai manipulasi, Gab meledakkan ruang di sebelah ruang komputer. Agar saat Asher sibuk dengan ledakan itu, Cakka bisa melarikan diri. Dasar, ternyata Cakka cocok sekali mendapat julukan keledai.
Dan sekarang, Amerika jauh lebih baik. Namun, sekali hacker tetap hacker. Sekarang mereka punya anggota baru, Agni Firelice, mantan tahanan Amerika.
“Kalian tau Cario Venenzz ?” Gab dan Cakka mengangguk serentak. “Sebagian data penting Ash, ada padanya.”
Mereka saling pandang. Ok, misi selanjutnya dimulai.
_Fin_
KEREN KEREN !
BalasHapusmakasiiiiiihhhh,,,, ^^
BalasHapussuka..suka, banget..
BalasHapusBagus bgt ceritanya..
keren kak! wahh..nggak nyangka sama endingnya. kirain yang meledak beneran ruang komputernya..
BalasHapusjempol buat kakak..
HUAA KEREN!!
BalasHapusAmpir mewek gajadi bagian CakkAgni di ruang komputer ;)
Buat lagi kak!! :)
keren bangeetttt :)
BalasHapussuka sama nama2 belakangnya. tapi agak ngakak juga sih sama nama Cario. lucu aja, hahaha...
Alur ceritanya seru banget, adventurous banget, dan gue yakin kalau dibikinin film bakalan jadi hit. seru parah soalnya. nanti deh, kalau gue kenal sutradara amrik gue bikinin filmnya. hahaha...
love it, buat lagi yaaa :D
-keren-
kak irma ini keren banget sumpah, susah ditebak alurnya, suka banget pas adegan nyusup ke ash, wah pokoknya keren abis deh...
BalasHapus